(dah. sekarang dah cukup marah-marahnya. :D)
Ini kisah kecil di suatu petang Ramadhan, di hari Sabtu kemarin. Saya dan sahabat kebetulan diundang ke acara ulang tahun teman kami di Den Haag, sekaligus buka bersama. Sialnya kita terpaksa nelat gara-gara pake acara ketiduran (duh) plus juga harus menunggu pacar yang telat muncul di lokasi janjian di stasiun Amsterdam Zuid, dimana kita mesti ambil kereta ke Schiphol, dan kemudian disana oper lagi kereta ke Den Haag.
Gara gara kita agak buru-buru pas berangkat dari rumah, jadilah kita lupa menyediakan makanan manis seadanya untuk mengganjal perut. Tadinya saya berpikiran, by the time waktu maghrib tiba kami sudah ada di stasiun Schiphol untuk oper kereta. Nah, mungkin bisa nih beli makanan kecil di sana, pikir saya.
Tapi, kenyataannya, sampai dengan masuk waktu maghrib, kami berdua masih ngaplo di Amsterdam Zuid dan pacar belum ada tanda-tanda datang. Saya lupa blas menyiapkan makanan kecil di tas, padahal sunnahnya begitu masuk waktu maghrib kan harus menyegerakan buka puasa.
"Ndys, kamu gak bawa makanan apa-apa ya?" tanya saya.
"Aku cuma bawa air putih."
Yo wislah, pikir saya, daripada ngga ada yang lainnya cukuplah itu air putih buat saya. Setelah mengucap bismillah, glek glek glek... puasa saya batal sudah.
Lima menit.. sepuluh menit... kok pacar belum juga datang ya.
"Neys, dingin nih, kita nunggu di bawah aja yok." ajakan sahabat saya yg langsung saya amini. Habisnya waktu itu kita memang duduk di platform yang letaknya di lantai atas, yang notabene ruangan terbuka dan ter ekspos langsung dengan hembusan angin yang mak sliwir... . Daripada perut jadi kembung, mending ke bawah aja.
Di bawah, saya clingak clinguk melihat kalau-kalau ada kios makanan yang buka. Tapi blas, gak ada. Tutup semua. Ya sudah, sabar saja menanti, nanti beli makanan di Schiphol aja, saya mencoba menghibur diri.
Tak lama kemudian...
"Assalamu'alaikum. Heeft u Ramadhan?"
Saya dan sahabat clingak clinguk saling memandang, saat tiba-tiba ada bapak-bapak berwajah Maroko menghampiri kami sambil tersenyum. Waalaikumsalam, kami jawab dengan ragu. Waduh, apa ini? Pikir saya. Jangan-jangan orang iseng. Sahabat saya memandang saya sambil melontarkan wajah ragu yang sama. Sepertinya dia juga berpikiran seperti saya. Maklum, disini, image orang Maroko memang kurang "bener".
Bapak tersebut kemudian bertanya lagi dengan bahasa Belanda yang kurang lancar. Saya kurang bisa menangkap maksudnya apa, ditambah lagi saya agak takut. Jadi saya cuma berdiri diam nggak tau mau ngapain. Sahabat saya memberanikan diri mendekati bapak itu untuk mencoba menjawab pertanyaannya.
"Ja.., ja.., wij zijn aan het Ramadhan." (Yes, we are on fast)
"Ik heb iets voor eten (I have something to eat)," ujarnya sambil menunjuk bilik kecil di dekat eskalator. WC Umum??! Kemudian ia berjalan masuk ke bilik WC umum itu, meninggalkan kami berdua dengan wajah bingung, memperhatikan sang WC umum.
"Ndys? Orang tadi nggak iseng kan?"
"Aku nggak tau, bahasa belandanya gak bagus... aku ngga ngerti dia ngomong apa."
"Kayaknya sih aku nangkepnya dia nawarin gitu, mau makan apa nggak..." lanjut sahabat saya.
Kami terdiam sambil masih kebingungan.
"Kesana ta?"
"Ya nggak papa sih. Nunggu Arie datang dulu aja deh."
Tidak sampai lima menit kemudian pacar saya datang, setengah berlari-lari. Lalu kami bertiga berjalan ke bilik WC. Pelan-pelan kami mengintip di sela pintu masuk otomatis, yang memang biasa digunakan di WC umum di Belanda.
"Assalamu'alaikum?" saya memanggil hati-hati. Beberapa saat kemudian...
"Waalaikum salam," bapak tadi muncul sambil tersenyum sumringah, dan membukakan pintu otomatis untuk kami. Tergopoh-gopoh, sambil terus tersenyum lebar, ia masuk ke ruangan penjaga WC dan muncul lagi sambil membawa kotak plastik dan sekantung kurma. Begitu kotak plastiknya dibuka... subhanallah, isinya tiga kue dadar gulung gemuk-gemuk. Sekilas mirip american pancake, tapi lebih tebal dan berpori.
"Mijn vrouw heeft dit gemaakt (my wife made it)," ujarnya riang. Lalu mengambilkan tisu untuk menadahi makanan itu.
Setelah kami masing-masing makan sebutir kurma, kamipun memakan pancake gulung itu. Subhanallah, rasanya nikmat sekali walaupun sederhana. Pancakenya empuk, dan dalamnya diolesi madu.
Ya, begitulah yang terjadi di bulan puasa. Makanan apapun, walaupun hanya secangkir teh manis, terasa nikmat luar biasa. Ahhh... I love Ramadhan. Always reminded me to appreciate even simple things in life.
"Wat is uw naam, meneer?" (what's your name?)
"Abdul Kadr."
"Waar komt u vandaan?" (where are you from?)
"Ik ben Marokaans," jawabnya sumringah.
Kemudian, dengan bahasa belanda yang terpatah-patah, bapak itu bercerita bahwa ia tinggal di Utrecht. Dan ia baru seminggu ini bekerja di stasiun ini, menjaga WC umum menggantikan penjaga biasanya yang sakit.
"Meneer, wij moeten nu met de trein naar Den Haag. Bedankt voor het iftar!" (sir, we have to go now with the train to Den Haag, thanks for the iftar!)
"Syah, syah!" jawabnya sumringah dalam bahasa Arab, yang artinya kurang lebih fine, it's ok.
Sesaat sebelum kami meninggalkan ruangan, ia bertanya lagi "Andonesie?"
"Ja!" Kami bertiga mengiyakan. Hehe, orang kita terkenal juga, saya membatin.
Dengan separuh pancake maroko masih ditangan, kami berlari-lari masuk kereta. Dalam hati saya sedikit menyesal.. malu banget... karena sempat berburuk sangka pada pak Abdul Kadr :( Maafkan saya ya pak... . InsyaAllah pahala untuk bapak luar biasa.
"If any one provides a fasting person with an Iftar meal, Allah will forgive his sins, and save him from Hell-fire (in the Hereafter), and he will have a reward equal to the fasting person without reducing the reward deserved for him." - Dari Hadits Hasan Shahih, HR At-Tirmidzi
Mudah2an saya juga dikasih kesempatan banyak-banyak sama Allah untuk memberi makan orang berbuka. Amien.
--------------------------------------------------------------------
PS: Ternyata hipotesa thesis saya banyak juga patahnya. Tadinya saya pikir menujukkan identitas religi di negeri molen ini sedikit banyak akan mengundang kecaman. Ternyata malah sebaliknya. Nggak jarang orang Belanda malah menunjukkan respek (semakin mereka penasaran, semakin mereka ingin tahu kan? Sok atuh kita tunjukin yang baik-baik biar mereka makin tahu siapa kita). Plus, mengeratkan tali persaudaraan sesama muslim di tempat-tempat tak terduga macam gini. Hehehe.
1 comment:
cerita yg cukup mengharukan :)
Post a Comment