Thursday, February 5, 2009
Sebuah pencarian
Sejak kemarin (atau mungkin 2 hari lalu) saya menyadari ada yang berubah dari "status" seorang teman...
Saya mungkin nggak dekat sama dia, cuma sebatas teman satu SMA dulu. Dulupun sekedar saling menyapa - saling senyum - atau kontak seadanya yg kebanyakan masalah kegiatan siswa.
Nggak pernah dekat secara personal.
Tapi tetap saja, waktu saya menyadari ada perubahan ini, saya senang sekali :)
Padahal mungkin, hal ini kan hal yang sangat personal. Sudah personal, isu sensitif lagi.
Termasuk salah satu hak asasi manusia yang paling mendasar.
Pokoknya udah personal, mendasar, plus sensitif.
Ya,
teman saya ini pindah agama.
Tentu saja agama dia sekarang membuat saya senang,
tapi ada yg lebih saya senangi, yaitu pencariannya akan Tuhan.
Menurut saya (dan ini pendapat pribadi ya),
percuma punya status beragama kalau tidak mencari Tuhan.
Gimanapun juga, yang paling penting itu kemauan untuk berusaha mengenal Tuhan.
Lihat saja ke sekitar kita, dunia udah makin gila.
Terutama negara kita. Tiap pagi saya sudah depresi duluan baca detik.com. Aduhh...
Nah,
menjalankan nilai-nilai agama, adalah satu cara efektif (dan mungkin satu-satunya) untuk menjaga kita agar tetap "waras".
Keyakinan akan Tuhan, memberi kita rasa damai dan tenang.
Kedamaian dan ketenangan membuat kita sabar dalam menghadapi masalah,
Membuat kepala kita tetap "dingin" ketika membuat keputusan :)
Menyalakan semangat kita untuk mengisi hari-hari di dunia yang singkat ini, dengan positif.
Menjaga kita supaya tidak egois, dan meneruskan kasih sayang ke sesama.
Nah kalau saya pribadi,
kedamaian, ketenangan dan semangat itu, saya dapat dari agama saya. Islam.
Dan, Kristen-Katolik-Hindu-Budha dan agama lain juga memberikan ketenangan.
Saya yakin, demikianlah kita harus fair atau adil dalam memandang agama lain - agama selain yg kita peluk.
Sebagai manusia yg wajib berlaku adil, dewasakah kita kalau masih aja menuding-nuding agama lain yang nggak-nggak?
Kalau pakemnya jelas, nggak sesat (misal menyuruh pengikutnya menuhankan makhluk hidup lain - kambing, atau manusia lain, contohnya) kenapa harus dituding yang bukan-bukan? Cape' deh.. :(
Kalaupun anda ingin mengajak-ngajak orang lain masuk agama anda, pasti ada cara yg lebih adil... daripada dengan cara menghasut yang nggak-nggak...
Ya, kenapa kita harus benci berlebihan... Adakah agama yg mengajarkan orang untuk saling membenci berlebih-lebihan?
Saya mungkin bukan orang yang paling berilmu dalam agama,
Tapi yang saya tahu...,
Semua agama (kecuali aliran sesat lo ya) bersumber dari damai, dan mengajak ke kedamaian.
Dan selama kita mencari dan berusaha mengenali Tuhan, saya yakin disitu ada kebenaran.
CMIIW... :)
Mudah2an berkenan...
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
4 comments:
totally agree with you :)
thanks for being on the same board...
sayang yah banyak orang yg memandang diversity dg kacamata pesimisme...
selalu aja either jadinya pengkotak-kotakan, atau pembauran berlebihan (yg jadinya tidak bisa compromising prinsip2 dan identitas pihak2 yg berbeda itu)...
padahal, diversity harus dipandang dg optimis.. dengan cara2 yg friendly..
hehehe, kok malah bikin post baru disini :D
ga bisa kita pungkiri cha..org2 spt itu..(yg slalu chauvinis/fanatik blebihan ma agamnya)banyak beredar di skitar kita.
bisa jadi orang deket kita juga mengidap virus mematikan itu.
yah..aq si mhargai mreka yg gt (meski yo btanya2 dalam ht..), krn menurutku pasti ada layar belakang tertentu knp dia punya sikap spt itu.
mgkn aja lingkungan sekitarnya seragam alias orang2 dari satu golongan aja, dan seumur hdp dia berkutat dan dekat dg lingkungan spt itu.yah wajar kalo dia jadi super chauvinis.
ato bisa aja tingkat pendidikannya rendah, ato dia memang bpura2 bpendidikan, makanya jd ga bs memandang sesuatu scr komperehensif.
dan masi banyak 'latar belakang' lainnya. ga sinis toh ya pndptku??hehhe
karena sejatinya aq pcaya,
perbedaan adalah sebuah takdir Tuhan, takdir Allah S.W.T - kalo dlm keyakinan kita.
lagian,bener katamu, org yg beragama jg belum tentu memahami Tuhannya..
ya toh?
Thanks 4 ur comment rin.
I do condemn orang2 itu, orang2 yang dengan seenaknya memuntahkan kata "kafir" out and loud dan mengucilkan orang2 yg kafir.
However, aku tetap setuju kalo orang kafir tuh ya.. kafir. So I still don't accept their own paradigm about Tuhan2 mereka dan ketuhanannya. "Bagimu agamamu, dan bagiku agamaku."
Tapi, for me it is not wise at all kalau reaksi kita cuma bisa teriak2 kafir dan mengucilkan dan merasa kita paling hebat, walaupun aku percaya sepenuhnya Rin kalau agama kita, Islam, adalah agama yg paling sempurna.
I think the best thing to do is to welcome them, and treat them as the human they are. Terima mereka dengan tangan terbuka, not in a way bahwa kita mengakui Tuhan-Tuhan mereka, but in a way that we open ourselves for healthy and friendly discourses and dialogues. This way kita bisa mengajak mereka melihat kesempurnaan agama kita dengan damai dan positif. Aku ingin mereka melihat kita dan agama kita dengan citra positif, which in the end hopefully will make them fall in love head over heels with Allah SWT and our beloved Rasulullah.
Invite (all) to the Way of thy Lord with wisdom and beautiful preaching;
and argue with them in ways that are best and most gracious... {An Nahl:125}. Don't you agree? ;)
Post a Comment