Monday, May 3, 2010

SKY is the limit.


Beberapa minggu yang lalu saya berdecak kagum membaca kabar dari seorang sahabat. Dia cerita mau ikut kelas bahasa di Istanbul, Turki tapi penerbangannya di-cancel karena larangan terbang akibat abu gunung berapi di langit Eropa. Sehingga dia dihadapkan pada dua pilihan: menunggu dengan sabar sampai larangan terbang dicabut, atau berangkat lewat jalur darat - which means: harus menempuh jarak Amsterdam-Istanbul dengan berpindah-pindah dari kereta ke kereta (dan sesekali bus), mengingat tidak ada jalur kereta yang langsung melayani rute Amsterdam-Istanbul (rada ga mungkin lagian, terlalu panjang untuk satu jalur kereta!) Dengan ajaibnya, sahabat saya yang memang petualang sejati ini memilih opsi nomor dua!! Dengan rute: naik kereta sampai Jerman, oper kereta lain sampai Austria, lalu dengan bus menuju Sarajevo (Bosnia) dan singgah disana beberapa hari. Selanjutnya dia belum tahu meneruskan ke Istanbul dengan kendaraan apa.
Lihat nanti sajalah, katanya, apa aja bisa asal jalurnya lewat Bulgaria! Berhubung dia ingin singgah di Bulgaria beberapa hari juga.

Cuma satu kata yang keluar dari mulut saya: WOW. Berani sekali. Apalagi dia cewek, sendirian pulak!

Dan baru dua hari yang lalu saya mendengar kabar dari dia lagi. Katanya dia sudah sampai di Istanbul dengan selamat. It took me more than a week to get there, tulisnya di email. Ck ck ck.

Memang, merencanakan petualangan seperti ini harus dengan perencanaan matang. Sama halnya dengan merencanakan kehidupan. Baiknya jangan pernah kita melakukan sesuatu tanpa perencanaan, bahkan untuk hal yang kedengaran "gila" seperti rencana travelling sahabat saya tadi. "Even in the craziest of act you gotta plan it thoroughly, otherwise you'll end up dead," begitu kutipan yang saya dengar waktu menonton acara Ultimate Survivors di National Geographic. Artinya gampangnya begini: ada batasan tipis antara orang yang "nekad" dan orang yang "pemberani".

Nah, sayangnya, lebih banyak orang yang jadinya urung memberanikan diri hanya karena takut jadi nekad. Mengungkung nyalinya kuat-kuat atas nama perencanaan, yang akhirnya tidak membuat dia menjalani hidup dengan lebih "hidup". Well, kadang hidup memang butuh perencanaan dan kalkulasi, seperti membangun sebuah perahu - kita harus memperkirakan dan merancangnya dengan baik supaya kuat. Tapi setelah perahu itu jadi, dan kita harus memilih kemana kita akan berlayar, disitulah permasalahan yang sebenarnya. Apa kita akan memilih berlayar ke tujuan yang jauh dan indah tapi harus melewati jalur laut yang menantang dan berombak besar, atau berlayar lewat jalur yang "aman-aman saja" dengan tujuan yang... yah.. does not have any exciting things to offer?

Orang memang punya pilihan dan cara masing-masing untuk menjalani hidupnya sendiri-sendiri. Ada yang memang suka berdiri di zona aman saja dan merasa cukup didalamnya, bahkan memikirkan untuk keluar sekalipun dia tidak berani. Ada juga yang menyukai tantangan, dan tiap kali dia merasa sudah menemukan zona aman dia akan keluar dan mencoba mencari tantangan baru. Kalau saya sih, personally, saya pikir lebih baik jika kita mencoba membuat hidup kita lebih "hidup". Sudah waktunya kita tidak lagi terlalu "pengecut" dalam hidup. Terlalu pengecut untuk memulai hal-hal baru, hanya karena mindset kita yang dibentuk dan dikungkung oleh lingkungan mengatakan "hal itu tidak mungkin" atau "hal itu terlalu gila".

Kakek saya pernah bilang, "mulailah dari mana saja, engkau akan berakhir dimana saja. Cobalah lakukan apa saja, berusahalah dari segala arah. Tidak ada yang bisa membatasi kemana kamu melangkah dalam hidupmu - SKY is the limit."


Yap, sky is the limit - dan hanya Tuhan yang tahu batasan langkah kita. Merencanakan kemana kita berjalan memang penting, tapi pasti ada saatnya kita ditakdirkanNya untuk tersesat dan ditantang untuk berani tersesat. Tapi bisa jadi, dengan tersesat kita menemukan arah baru ke tujuan baru yang lebih baik dari tujuan kita semula. Yang penting, kita sudah menunjukkan bahwa kita berani.

Berani melangkah...,
dan berani untuk tidak membatasi langkah kita.

SKY is the limit :-)


*pic from emilliewood.com

No comments: