Sunday, July 25, 2010

S-T-K-M

Saya baru saja mengalami hari yang sangat menyenangkan. Menghabiskan hampir seharian bersama salah satu manusia terfavorit saya di muka bumi. Mengobrol dengannya berjam-jam lamanya, panjang kali lebar samadengan luas judule. Kenapa senang? Habis tiap ngobrol dengan cewek satu ini, selalu saja saya beroleh nasihat yang bermanfaat. Yang tentu saja dengan senang hati akan saya bagi di blog ini. Blog kan sarana berbagi nasihat dalam kebaikan, ya nggak sih? ;)

Nah, nasihat yang saya dapat hari ini, menyinggung topik yang sering jadi penyebab kita "makan ati": teman.

"Kita harus hati-hati dengan orang-orang yang berstatus teman", kata sahabat saya itu.
"Teman itu pada dasarnya bukan orang yang dekat dengan kita. Semuanya semu. Mereka cuma kerasa seolah-olah dekat dengan kita saat mengalami sesuatu bareng, entah satu kuliahan, sekelas, tetanggaan. Tapi dibalik punggung kita, mereka orang yang berbeda. Bisa jadi manis, bisa jadi pahit. Bisa penuh judgement padahal mereka nggak tahu apa-apa tentang kita," lanjutnya.

Nah kebetulan sebelum dapat nasihat ini, saya juga habis baca postingannya oma Nia yang mengisahkan pengalaman kurang enak pula dengan yang namanya teman. Another kebetulan, saya juga baru mengalami kejadian kurang enak baru-baru ini, gara-gara segelintir orang yang saya labeli "teman".

Sebenarnya, apa itu teman?
Apa bedanya dengan sahabat?
Siapa yang seharusnya kita anggap teman, siapa yang sahabat?
Yang terpenting: kenapa bisa ada teman makan ati?

Semua pasti setuju kalau didalam hidup ini, orang-orang asing (dalam artian diluar keluarga terdekat) yang kita temui, bisa memasuki kehidupan pribadi kita dalam beberapa level. Dari yang terendah sampai yang tertinggi. Hmm, kira-kira kalau dibikin tingkatan, seperti ini jadinya:

1. Sahabat. Levelnya paling tinggi, karena mereka menyayangi kita seperti keluarga sendiri. Orang-orang paling tulus dan setia yang lolos "seleksi alam"; karenanya jumlahnya hanya sedikit dalam hidup kita.
2. Teman. Itu berarti, orang-orang yang kita temui karena, awalnya, kita memiliki satu urusan dengan mereka. Entah teman kuliah, tetangga, teman sekantor. Yang pasti levelnya lebih rendah dari sahabat.
3. Satu tingkat dibawah teman, ada kenalan. Seperti teman, kita bertemu mereka karena satu urusan, hanya saja dengan kenalan kita berinteraksi dalam level formal dan basa-basi. Misal dosen, kolega kantor yang tidak dekat, klien.
4. Lebih rendah lagi, orang yang mampir lewat. Maksudnya bukan lewat depan rumah semacam tukang bakso atau somay... tapi, interaksinya dengan kita tidak pernah berlanjut lebih dari sekedar bertemu sekali dua kali.


Untuk dua kategori paling bawah mungkin sudah jelas bagaimana seharusnya kita bersikap. Seadanya dan seperlunya sajalah. Sebab sedari awal, alasan kita bertemu dengan mereka juga hanya karena keadaan. Yang jadi masalah adalah jika dari orang-orang ini ada yang naik tingkat jadi teman. Tiba-tiba saja seolah dekat dan sering bareng dengan kita: ngerjain tugas bareng, kongkow bareng, dll. Karena ada perasaan seolah-olah dekat inilah, kita jadi campur aduk memperlakukan mereka. Yang harusnya belum layak dipercaya, tapi sudah kita ceritakan hal-hal yang pribadi. Yang harusnya nggak layak kita sayangi, tapi sudah kita beri rasa sayang dan ekspektasi berlebihan.

Yah, begitulah rasanya, kesalahan saya. Sampe makan ati begini. And keep blaming myself:

Seharusnya saya (dan kita semua) tidak segampang itu menganggap seseorang jadi "teman dekat", hanya karena kita tadinya sering menghabiskan waktu dengan dia. Karena, suatu hari nanti setelah alasan yang mempertemukan tidak ada lagi, dia bisa berbalik jadi musuh kita. Entah menyebarkan rahasia kita ke orang lain, atau lebih buruk lagi memfitnah. Merasa paling tahu tentang saya, sehingga berani melayangkan judgement/ sangkaan seenak udel, padahal sebenarnya sih nggak tahu apa-apa!

Jadi: teman makan ati bisa terjadi, saat kita tidak hati-hati sampai memperlakukan seseorang seperti sahabat padahal ia hanyalah teman (atau malah kenalan).

Nah, kalau sahabat?

Kalau menurut saya pribadi, sahabat adalah orang yang lolos semua seleksi hingga dia berhak berada di tingkat tertinggi. Untuk lolos seleksi itu butuh sifat jujur; lebih memilih untuk bicara langsung dengan kita setiap ada uneg-uneg, bukannya bisik-bisik atau membicarakan dibelakang punggung kita. Tulus; berkawan dengan kita tidak hanya untuk bertujuan senang-senang atau hura-hura bareng, tapi untuk berbagi dan saling menguatkan disaat susah. Lalu besar hati; berani mengakui kesalahannya jika ia salah, bukannya gengsi dan menjunjung ego sendiri.

Orang yang mampir lewat, bisa dengan mudahnya naik tingkat jadi kenalan. Kenalan, bisa dengan mudah naik tingkat jadi teman. Tapi sungguh jarang teman yang bisa naik tingkat jadi sahabat.

Jadi, ngapain saya peduli dengan teman yang bahkan ga layak jadi teman ya? *jeduk*

Kan lebih baik, bisa menemukan satu-dua sahabat dari lingkaran pertemanan kita, daripada teman bejibun tapi tidak ada yang jadi sahabat.

:)

6 comments:

Unknown said...

Menurut saya, Friends are those who stays when other's don't. Lagian yah, kadang2 sulit buat jujur ke teman, because what we have to say, might hurt. Badly.

Hmm tapi kalo dipikir2 bener juga, kalo kita udah bisa jujur ke teman, they will level-up to bestfriend.

a.k.a. Nez said...

ouw.. depends kali ya gimana orang menginterpretasikan "teman". Dalam beberapa kasus, teman memang genuinely baik, dan pertemanan bener2 manis karena banyak rasa kangen n nostalgia (teman kuliah - although ga semua, or teman SD-SMA). Tp klo teman kantor mostly basa-basi kali yaa... paling cuma 1-2 yg bener2 baik.

Tapi kalo sahabat adalah orang2 yg bener2 kita care about n lebih milih jujur daripada ngomongin di belakang.

Oma Nia said...

lol, kok tiba2 kita bisa punya masalah yg sama ya, nez.

but it was good for me. I now understand who will stay and who will possibly go when things get tough.

in fact, people that i thought were not my friends have actually always been there for me. Now I realise it better. And the people that I thought were always there for me actually have the biggest potential to leave me when things get tough.

So, based on the similarity of problem, and based on the fact that Elvin has also commented on my matter, we should meet up :) (i cannot think of any better reasons :P) so so, kapan kapan? :)

a.k.a. Nez said...

yup, setuju.. ya intinya hati2 lah jangan sembarangan mengganggap orang lain itu teman. kadang2 bikin kecewa. okeeeee ntar kita atur2 lagi yaaaa!

a.k.a. Nez said...

ouw ya, menjawab reply dari komenku di postinganmu (halah, mbulet): aq agustus ga kemana2. too bad summer break ku lebih cepet dari anak2 kuliah lain jadi tgl 9 agustus aq dah masuk kuliah lagi. tp aq banyak available kok, paling sept baru deh in a rush menjelang deadline project akhir.. up to jij yaa!

Dika said...

Katanya judulnya: bersiaplah kecewa bagi yang berharap kepada mahluk -mereka lemah, sedangkan Allah Maha Kuasa :)