Wednesday, September 1, 2010

Kerja atau kuliah lagi?

Prenote: artikel berdasarkan pengalaman dan pandangan pribadi. Ide menulis hal ini muncul setelah saya sering menerima pertanyaan-pertanyaan dari adik-adik kelas atau teman-teman yang minta saran atau referensi. Moga2 bisa membantu.


Selulus S-1, setiap orang dihadapkan di persimpangan jalan. What next? Ilmu yang sudah dimiliki dalam bentuk sertifikat ini mau dibawa kemana? Kerja, atau langsung kuliah lagi? Umumnya orang akan memilih kerja, tapi ada juga yang memilih kuliah. Pilihan yang kedua ini akhir-akhir ini makin banyak peminatnya.

Nah, untuk teman-teman yang mungkin sedang ada di persimpangan jalan ini, saya punya satu catatan penting: silakan jika ingin memilih langsung kuliah lagi, tapi jika iya, pilihan ini diambil jika dan hanya jika dibuat dengan pertimbangan yang matang. Sebab kuliah lagi means mengeluarkan uang lagi, dan sayang kalau uang yang dikeluarkan jadinya percuma. Jangan sampai setelah kuliah lagi merasa nggak cocok dan menyesal.


Tiga pilihan

Umumnya, "melanjutkan kuliah lagi" means: ke jenjang lebih tinggi/ S-2. Tapi sebenarnya, pilihan ini bisa bercabang jadi dua, yaitu: S-2 atau bukan S-2. Bukan S-2 misalnya akta, sertifikasi atau diploma keahlian, yang kebanyakan harus diambil karena standarisasi profesi (contoh yg umum: akuntan, notaris, penerjemah, atau guru). Nah khusus kalau di Belanda sini, pilihan ini bercabang tiga:

1. S-2 di Universitas (ilmu murni, orientasi riset)
2. S-2 di College/ Hogeschool (ilmu terapan, orientasi praktek)
3. Melanjutkan kuliah yang bukan S-2 tadi.

Untuk pilihan antara nomor 1 dan 2, biasanya ini tergantung orientasi karir masing-masing. Saya sendiri ga seberapa paham soal plus minus antara 2 pilihan ini, tapi seinget saya jeng Nia pernah menulis artikel tentang hal itu. Silakan langsung aja ke blog tsb, dijamin nanti dapet bonus traktiran (lho?? Hahahaha).


Lanjut kuliah, tapi bukan S-2...

Saya sendiri termasuk golongan orang-orang yang ketiga. Setelah susah payah menyelesaikan S-1 selama 7 tahun (:-P), saya memutuskan dengan yakin untuk kuliah lagi. Diploma jadi pilihan saya. Kenapa? Selain pendidikan strata 1 saya berbeda dari profesi yang ingin saya tekuni (note: S1 saya komunikasi sedang minat saya desain grafis dan web), saya ingin menyesuaikan ilmu saya agar mencapai standard.

Nah, bagaimana kita bisa tahu ilmu kita tidak mumpuni? Caranya, sering bertanya ke orang-orang yang sudah pro di bidang yang teman-teman minati. Misalnya menanyakan, apa yang banyak dicari dari profesi kita di masa ini dan tahun-tahun mendatang? Apa keahlian yang mulai ditinggalkan dan tereliminasi? Dalam kasus saya dulu, PR saya adalah mencari tahu sebanyak-banyaknya seperti apa desain web yang mulai ditinggalkan, dan seperti apa yang mulai dicari klien. Dari situ saya jadi tahu, bahwa apa yang saya ketahui belum sampai ke sana.

Sedikit cerita, untuk desain grafis ilmu saya hanya sebatas penguasaan software editing. Untuk desain web saya hanya bermodal sedikit knowledge of HTML. Pada saat itu saya cuma bisa membuat website dengan table, yang tentu saja katrok kayak Tukul, dan sudah jauh ditinggalkan konsumen. Dari segi grafis, kemampuan komposisi dan kombinasi warna saya juga ancur. Dengan kata lain, desain saya gak meyakinkan, begitulah satu komentar yang pernah keluar dibelakang punggung saya. Hehehe. (Emangnya saya ga tau, LOL).

Proses hunting kampus dan membuat daftar objective/ apa saja yg ingin dipelajari

Proses pencarian kampus sudah saya mulai setahun sebelumnya. Saat hunting kampus, agar saya tahu pasti apa yang saya cari, saya membuat list berisi apa saja yang saya ingin pelajari, yaitu:

1. In terms of web design, saya harus bisa: 1 - fasih skinning dengan CSS; 2 - menguasai tableless web design (div); 3 - bisa membuat web animation dan membuat website interaktif (berbasis action script/ flash); 4 - dapat membuat aplikasi web standard seperti comment box, request form, login form (berbasis function PHP, Javascript dan sejawatnya)

2. In terms of design basics. Saya harus tahu: 1 - basic of composition/ bagaimana membuat komposisi yang balanced?; 2 - color theory / bagaimana membuat komposisi warna yang tepat?; 3 - bagaimana membuat desain yang baik dan layak jual; 4 - bagaimana membuat planning, sketch dan konsep desain sehingga proses kerja saya lebih efektif.

Dan berbekal daftar itu, saya menemukan kampus yang sesuai dengan harapan saya.


"Ngapain kuliah lagi?"

Sekolah sudah nemu. Objectives/ goal sudah jelas. Sekarang yang harus kita hadapi adalah pertanyaan-pertanyaan dari orang lain yang sok jadi pengamat :D

- : "Ngapain kuliah lagi?"
+: "Pengen nambah ilmu laah."
- : "Kenapa harus kuliah? Kalau kamu kerja juga bisa sambil belajar lho."

Haha.... repfooot deh. Selain reseh, komentar yang menyamakan belajar lewat kuliah dengan belajar lewat kerja adalah sok tahu dan kurang tepat. Memang benar saat kita kerja kita mendapat banyak ilmu, tapi proses diantara keduanya jelas beda jauh. Begini kira-kira.
Pertama: Saat kita kerja, bimbingan/ supervision yang diberikan atasan kita tidaklah bisa dibandingkan dengan bimbingan yang diberikan seorang pengajar atau dosen. Ekspektasi dosen adalah: mahasiswanya berlatih dan belajar dari trial and error. Sedangkan ekspektasi atasan: pekerja menghasilkan sesuatu yang maksimal dan tanpa error.

Kedua. Sistem perkuliahan sudah dirancang sedemikian rupa dengan kurikulum yang sesuai, yang membuat kita bisa menyerap ilmu-ilmu yang ingin kita dalami dengan maksimal. Semuanya diberikan setahap demi setahap dan dirancang supaya mudah diterima. Ada tugas-tugas yang diberikan secara berkala, agar mau nggak mau kita harus terus belajar.

Ketiga. Dengan kuliah kita akan melalui rangkaian ujian/ tes yang obyektif untuk membuktikan bahwa kita telah menguasai ilmu sesuai standard.

Keempat. Tempat kerja, bagaimanapun juga, tidaklah memiliki situasi yang kondusif bagi seseorang untuk belajar. Saat kita kerja, kita akan lebih disibukkan dengan mengejar target perusahaan. Belum lagi politik dunia kerja yang mau nggak mau akan turut menyibukkan kita. Di kampus ada fasilitas, dosen dan teman-teman kuliah yang bisa diajak diskusi. Teman kerja? Boro-boro mereka bagi ilmu ke kita, mungkin udah pada sibuk sendiri mempertahankan posisi masing-masing :-)


Nggak PD itu penting

Terakhir, yang paling penting. Memotivasi diri sendiri. Tanya ke diri sendiri: cukupkah keahlian sejauh ini untuk memberikan kita posisi tawar dalam mencari kerja? Cukupkan ilmu yang sudah ada dijual agar menghasilkan uang (atau apapun yang kita cari dari karier)? Jika jawabannya tidak, meneruskan kuliah tentunya sangat membantu. Sekilas mungkin terdengar seperti kita nggak PD dengan apa yang kita miliki, tapi tentunya jangan dipandang sesempit itu. Nggak PD, selama alasannya jelas, adalah bentuk motivasi yang sangat baik.

Kadang ada baiknya kita juga meminta kritik dari teman. Kritik membangun lho, bukan menjatuhkan. Misalnya menanyakan apa yang kurang dari kita. Contoh, kalau saya dulu, menunjukkan desain-desain lama saya ke beberapa teman yang lebih ahli. Kebanyakan memang menyarankan saya supaya belajar lagi, kali ini bukan otodidak seperti sebelumnya tapi pada institusi dan tenaga pengajar yang profesional. Saran yang setelah saya turuti ternyata tepat. Setelah saya membandingkan desain yang saya buat tahun 2008 sebelum kuliah dengan desain yang saya buat selama tahun 2010 setelah kuliah, kelihatan beda. At least yang sekarang udah gak bikin mata sakit :)


Good Luck!

Yah... gitulah kira-kira sharing pengalaman saya, moga-moga berguna ya. Buat adek-adek or teman-teman yang memutuskan meneruskan kuliah, good luck! Moga-moga bisa tercapai cita-citanya :-)


*pic by carol-in.deviantart.com

No comments: